TENGGARONG – Peristiwa tanah longsor kembali mengguncang kawasan KM 28 Desa Batuah, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) pada akhir April 2025.

Hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut selama beberapa jam memicu amblasnya badan jalan yang berada tak jauh dari poros utama Balikpapan–Samarinda.

Kejadian ini memicu kepanikan warga dan pengguna jalan. Video dan foto longsor dengan cepat menyebar di media sosial, menimbulkan kekhawatiran karena lokasi yang terdampak merupakan jalur vital yang menghubungkan dua kota besar di Kalimantan Timur.

Camat Loa Janan, Hery Rusnadi, mengatakan bahwa longsor kali ini bukanlah yang pertama. Ia mendesak agar ada penanganan komprehensif berbasis kajian akademik yang mendalam.

“Kami sangat prihatin. Ini bukan yang pertama kali terjadi. Harus ada kajian akademik menyeluruh sebagai dasar penanganan jangka panjang. Tidak bisa hanya tambal sulam tiap kali longsor terjadi,” tegas Hery saat ditemui di lokasi pada Kamis (1/5/2025).

Ia menambahkan bahwa jalan yang terdampak berada dalam jaringan jalan nasional dan berada di bawah wewenang Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Kaltim. 

Namun, Pemkab Kukar tidak tinggal diam, dan telah mengambil langkah awal seperti pemasangan rambu-rambu peringatan dan pengamanan area longsor oleh Dinas PUPR.

Kekhawatiran mendalam dirasakan warga sekitar. Nia (41), warga RT 25 Desa Batuah, menyampaikan bahwa rumahnya hanya berjarak sekitar 50 meter dari titik longsor. Setiap kali hujan deras turun, ia dan keluarganya dihantui rasa takut.

"Kami nggak bisa tidur kalau hujan deras. Suara tanah retak dan pohon tumbang bikin kami panik. Anak-anak juga jadi trauma," keluh Nia.

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa kejadian ini bukan hanya merusak fisik jalan, tetapi juga merusak rasa aman warga yang tinggal di sekitarnya. 

Ia berharap pemerintah benar-benar menindaklanjuti kondisi ini dengan solusi permanen, bukan sekadar respons darurat.

Hendri (38), sopir truk ekspedisi, mengaku harus mempertaruhkan keselamatan saat melintasi jalan itu di malam hari.

“Kalau malam hujan, kami sering ragu lewat. Jalannya bisa tiba-tiba ambles, penerangan juga minim. Kita bawa muatan berat, risiko tinggi,” ujarnya.

Menurutnya, jalan tersebut bukan hanya penting untuk mobilitas masyarakat lokal, tetapi juga jalur logistik utama antara Balikpapan dan Samarinda. Gangguan di titik ini bisa menimbulkan efek domino pada distribusi barang.

Camat Hery kembali mengungkapkan, beberapa warga yang tinggal paling dekat dengan area longsor kini mengungsi sementara ke rumah kerabat karena takut terjadi longsor susulan.

“Kami bersama desa dan RT memonitor kebutuhan warga yang mengungsi. Ini jadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan, tidak hanya infrastruktur tapi juga sosialnya,” jelasnya.

Ia juga mengatakan pihak kecamatan akan mengusulkan agar kajian geologi dilakukan oleh perguruan tinggi, seperti Universitas Mulawarman, untuk memahami struktur tanah dan penyebab longsor yang terus berulang.

Dalam waktu dekat, DPRD Kukar dijadwalkan menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang melibatkan BBPJN Kaltim, Dinas PU, serta pihak perusahaan yang beroperasi di sekitar area longsor. RDP ini akan menjadi momentum penting untuk menentukan solusi jangka panjang.

“Kami ingin ada kejelasan tanggung jawab dan perbaikan menyeluruh. Jalan ini bukan milik satu pihak saja, tapi menyangkut kepentingan ribuan orang,” tegas Hery.

Kini, masyarakat Desa Batuah menanti kepastian dan aksi nyata. Mereka tidak lagi sekadar berharap tambalan sementara, melainkan perlindungan jangka panjang dari ancaman longsor yang terus mengintai. (adv)