TENGGARONG – Genangan air yang kerap muncul setiap musim hujan bukan sekadar mengganggu aktivitas warga Kelurahan Maluhu, Kecamatan Tenggarong. 

Lebih dari itu, limpasan air yang tak tertangani telah merambah ke lahan-lahan pertanian warga, membuat petani kesulitan mengolah sawah dan menurunkan hasil panen.

Kondisi ini mendorong Pemerintah Kelurahan Maluhu dan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kutai Kartanegara untuk bergerak cepat. 

Tahun ini, proyek normalisasi drainase senilai Rp800 juta resmi akan digelar, menyasar titik-titik rawan yang menjadi biang kerok genangan air di kawasan padat permukiman dan pertanian.

"Genangan yang kita hadapi bukan cuma soal kenyamanan lingkungan, tapi juga menyentuh ekonomi warga. Petani jadi korban karena air yang tergenang merusak lahan," jelas Lurah Maluhu, Tri Joko Kuncoro, Jumat (21/3/2025).

Titik-titik prioritas normalisasi meliputi Jalan Melak I dan II, yang selama ini dikenal sebagai kawasan langganan banjir kecil saat hujan deras turun. 

Di kawasan ini pula, saluran air yang belum mengalir sempurna menuju Sungai Tenggarong dan Stadion Rondong Demang menjadi sumber permasalahan utama.

Dengan perbaikan sistem drainase ini, setidaknya empat titik rawan banjir akan ditangani, dan bukan hanya warga pemukiman yang merasakan dampaknya, tetapi juga para petani yang selama ini berjibaku dengan lumpur dan gagal panen.

“Kami sangat berharap pekerjaan ini berjalan lancar. Tidak hanya mengatasi banjir, tapi juga menyelamatkan perekonomian kecil di kelurahan kami,” ungkap Joko.

Normalisasi ini pun diharapkan dapat menjadi model penanganan drainase berbasis kawasan yang menyatukan kebutuhan warga kota dan desa. Sebab, air yang menggenangi satu titik, bisa berdampak panjang bagi ekosistem sosial dan ekonomi masyarakat sekitar. (adv)