Samarinda – Dinas Kesehatan Kalimantan Timur (DinkesKaltim) menyatakan bahwa sekitar 50 persen remaja di wilayah tersebut mengalami masalah kesehatan jiwa.
Data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Kementerian Kesehatan 2023 menunjukkan bahwa Kaltim menempatiposisi kedua tertinggi di Indonesia dengan tingkat depresimencapai 2,2 persen, di bawah Jawa Barat yang mencapai 3,3 persen.
Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Jiwa Dinkes Kaltim, dr. Ika Gladies Syaferani, mengungkapkan bahwa masalah ini disebabkan oleh berbagaifaktor, seperti ketidakmerataan distribusi sumber daya alam, rendahnya peluang kerja, serta meningkatnya stres dan kecemasan di kalangan remaja.
Untuk mengatasi hal ini, Dinkes Kaltim menggencarkanprogram pencegahan melalui pendekatan promotif dan preventif.
Salah satu langkah inovatif adalah penggunaan aplikasiberbasis Android bernama Sijiwa, yang membantu individumengevaluasi kondisi psikologis mereka secara mandiri dan mengarahkan mereka ke tenaga kesehatan bila diperlukan.
“Aplikasi ini membantu individu mengevaluasi kondisipsikologis mereka dan mengarahkan mereka ke tenagakesehatan jika diperlukan,” jelas dr. Ika.
Sijiwa juga terintegrasi dengan sistem pencatatan dan pelaporan Kementerian Kesehatan, sehingga dapat digunakanuntuk deteksi dini masalah kesehatan jiwa.
Data skrining awal menunjukkan bahwa sekitar 50 persenremaja yang disurvei membutuhkan dukungan emosional, sering kali akibat masalah di lingkungan keluarga atausekolah.
Selain itu, Dinkes Kaltim memanfaatkan instrumen sepertiSDQ (Strengths and Difficulties Questionnaire) untuk anak-anak di bawah 18 tahun dan SRQ-20 (Self-Reporting Questionnaire) untuk deteksi awal pada orang dewasa.
Ke depan, dr. Ika berharap masyarakat Kaltim memberikanperhatian yang setara pada kesehatan jiwa, sebagaimanamereka peduli terhadap kesehatan fisik, demi menciptakanlingkungan yang lebih sehat dan mendukung.