Samarinda - Tingginya angka kematian ibu dan anak di Kalimantan Timur terus menjadi perhatian serius berbagaipihak. 

Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor kompleks, salah satunya adalah kondisi geografis Kaltim yang luas dengansebaran penduduk yang tidak merata. 

Hal ini menyebabkan akses terhadap pelayanan kesehatan, khususnya di daerah pedalaman, menjadi sangat terbatas.

Selain itu, ketersediaan tenaga kesehatan yang kompeten, terutama di bidang kebidanan dan neonatal, masih menjaditantangan besar di beberapa daerah. 

Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeriksaankehamilan secara teratur dan persalinan di fasilitas kesehatanjuga perlu ditingkatkan. 

Bahkan, di sejumlah wilayah, praktik dan kepercayaantradisional yang masih dilakukan masyarakat dapatmembahayakan kesehatan ibu dan anak.

Dalam upaya mencari solusi, Dinas Kesehatan ProvinsiKalimantan Timur menggelar rapat evaluasi yang melibatkanberbagai pihak, seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kaltim, Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Kaltim, perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sertarumah sakit di seluruh provinsi. 

Pertemuan ini bertujuan menghasilkan rekomendasi konkretuntuk memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak.

“Pertemuan ini harus menjadi momentum untuk memperkuatkomitmen bersama dalam menekan angka kematian ibu dan anak di Kalimantan Timur,” tegas Jaya Mualimin, KepalaDinas Kesehatan Kaltim.

Langkah-langkah yang dirancang mencakup peningkatanakses layanan kesehatan di daerah terpencil, pelatihan tenagamedis yang lebih intensif, serta kampanye kesadaranmasyarakat tentang pentingnya kesehatan ibu dan anak. 

Melalui komitmen lintas sektor ini, diharapkan Kalimantan Timur dapat memperbaiki indikator kesehatan ibu dan anakserta mendukung target pembangunan kesehatanberkelanjutan.