Samarinda – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Timur (Kaltim) menyoroti pernikahan dini sebagai salah satu faktorutama yang berkontribusi terhadap tingginya angka stunting di daerah tersebut.
Kepala Dinkes Kaltim, Dr. dr. H. Jaya Mualimin, menyatakanbahwa pernikahan pada usia muda seringkali berisiko tinggiterhadap kesehatan ibu dan bayi, terutama akibatketidaksiapan fisik maupun mental.
“Pernikahan dini biasanya disertai dengan masalah kesehatanreproduksi yang belum matang. Hal ini dapat menyebabkankelahiran bayi dengan berat badan rendah yang menjadi awaldari masalah stunting,” ujar Dr. Jaya.
Ia menambahkan, kehamilan pada usia remaja memiliki risikokomplikasi yang lebih tinggi, termasuk preeklamsia, anemia, dan persalinan prematur. Semua kondisi tersebut berdampakburuk pada perkembangan janin.
“Jika ibu muda ini belum memiliki pemahaman yang cukuptentang nutrisi dan kesehatan kehamilan, ini berisiko besarbagi pertumbuhan anak yang akan dilahirkan,” tambahnya.
Pentingnya pemeriksaan kesehatan sebelum menikah, sepertites HIV dan penyakit menular seksual lainnya, sertapentingnya persiapan mental dan fisik sebelum memasukijenjang pernikahan.
“Bagi pasangan yang masih muda, edukasi sangat diperlukanagar mereka memahami risiko pernikahan dini. Kami juga melibatkan Posyandu untuk memberikan informasi kepadamasyarakat tentang dampak buruk stunting dan bagaimanamencegahnya,” jelas Dr. Jaya.
Dinkes juga mengingatkan bahwa stunting tidak hanyaberdampak pada fisik anak tetapi juga perkembangan kognitifmereka. Oleh karena itu, upaya menekan angka stunting harusdimulai sejak sebelum kehamilan.
“Kami ingin memastikan bahwa calon pengantin sudah benar-benar siap, baik secara kesehatan maupun mental,” ujarnya.
Selain pernikahan dini, Dr. Jaya juga menyoroti pentingnyaperhatian terhadap kesehatan mental ibu hamil, terutama bagimereka yang menghadapi masalah psikologis atau berasal darikeluarga dengan kondisi ekonomi sulit.
“Kesehatan mental ibu juga sangat penting untuk mendukungtumbuh kembang anak. Jika tidak ditangani, ini bisa menjadilingkaran yang memperburuk masalah stunting di Kaltim,” tutupnya.
Melalui program edukasi dan dukungan kesehatan, pemerintah Kaltim berharap dapat mengurangi angkapernikahan dini sekaligus menurunkan prevalensi stunting, sehingga kualitas generasi penerus di Kaltim dapat terusmeningkat.