Artikel opini ini mengulas bagaimana artificial intelligence (AI) kini memainkan peran strategis dalam konflik antara Israel dan Iran, membentuk dimensi baru dalam peperangan modern.

1. Intelijen dan Penargetan Menjadi Lebih Cepat dan Tepat

Israel mengandalkan AI untuk menganalisis data dari satelit, drone, dan penyadapan—melalui sistem seperti “Fire Factory” dan alat intelijen yang dikembangkan—untuk mendeteksi posisi dan aktivitas musuh dengan presisi tinggi  .

2. Sistem Pertahanan Rudal Real-Time

Kemampuan seperti sistem Iron Dome dan Arrow menggunakan algoritma mutakhir berbasis machine learning, mampu memprediksi jalur rudal dan memilih sasaran yang paling berbahaya untuk diintersep  .

3. Serangan Siber dan Pertahanan Elektronik

Dalam konflik ini, perang juga berlangsung di ranah digital—Israel dan Iran menggunakan AI untuk mendeteksi serangan siber, menganalisis trafik, serta melawan disinformasi dan propaganda  .

4. Perang Otomatis dan Risiko Tanpa Pengawasan Manusia

Ada sistem AI yang mampu mengoperasikan senjata otonom, kendaraan tak berawak, dan sistem targetting otomatis. Ini meningkatkan kecepatan dan efisiensi operasi, tetapi juga memunculkan risiko seperti kesalahan target, eskalasi tak terkendali, dan pengambilan keputusan strategis tanpa intervensi manusia langsung   .

5. Prediksi Strategis dan Analisis Pola Konflik

AI memanfaatkan predictive analytics untuk mensimulasikan berbagai kemungkinan skenario perang—dengan memasukkan faktor cuaca, pergerakan militer, dan variabel geopolitik—sehingga membantu militer merumuskan strategi yang lebih terukur  .

6. Regulasi dan Etika AI Militer jadi Perdebatan Internasional

Kemajuan pesat AI dalam sistem senjata mendorong seruan agar ada regulasi global dan pembatasan penggunaan senjata otonom. Indonesia dan negara-negara lain sudah menyuarakan pentingnya regulasi, namun mekanismenya masih dalam pembahasan di forum internasional   .